https://gowa.times.co.id/
Gaya Hidup

Buku Ramu Jamu, Sarat Cerita Rempah dan Fakta Jamu  Tradisional

Minggu, 16 Februari 2025 - 15:51
Buku Ramu Jamu, Sarat Cerita Rempah dan Fakta Jamu  Tradisional Peluncuran buku Ramu Jamu di Griya Herba jamu Iboe. Ada 25 penulis yang menceritakan tentang dunia rempah Nusantara, Minggu (16/2/2025).(Foto : Hamida Soetadji/TIMES Indonesia)

TIMES GOWA, SURABAYAJamu merupakan obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah diteruskan secara turun-temurun untuk menjaga kesehatan. 

Persoalan seputar jamu yang sangat menarik itu direspons oleh 25 penulis dari dua komunitas, yakni Perempuan Penulis Padma (PERLIMA) dan NAD.

Setelah mendapatkan ilmu tentang jamu dan rempah-rempah, PERLIMA dan NAD membuat sayembara bagi para penulis. 

Komunitas kemudian mengajak para penulis ini terjun berpartisipasi menuangkan karya seputar jamu. Hasilnya, ada 25 tulisan yang tersaji apik dalam buku Ramu Jamu.

Buku Ramu Jamu ini berisi tulisan fiksi yang ditulis oleh 15 penulis dan tulisan nonfiksi yang ditulis oleh 10 penulis. Buku yang diterbitkan oleh Padmedia Publisher ini adalah satu-satunya dan buku antologi pertama yang menggabungkan dua genre berbeda

Peluncuran-buku-Ramu-Jamu-di-Griya-Herba-jamu-Iboe-b.jpgPara penulis dalam antologi Ramu Jamu saat peluncuran buku di Griya Herba Jamoe Iboe Surabaya, Minggu (16/2/2025).(Foto : Hamida Soetadji/TIMES Indonesia)

“Dengan cara itu, Ramu Jamu menjadi buku yang unik karena biasanya buku antologi merangkum tulisan dengan genre yang sama. Tetapi ini dua genre disatukan dalam bentuk esai dan cerpen,” kata RWilis, Ketua Perlima saat peluncuruan Antologi  Ranu Jamu, Minggu (16/2/2025). 

Cara menyajikan buku semacam ini akan makin melengkapi pemahaman para pembaca tentang satu topik yang dibahas. Juga menyiasati kecenderungan pembaca yang berbeda-beda. 

“Ada yang menyenangi nonfiksi ada yang menyenangi fiksi. Tapi ini sudah ada dalam satu buku,” katanya.

Mengenal Ramuan Tradisional

Terkait kelebihan buku Ramu Jamu itu, sebagai buku paduan fiksi-nonfiksi, Wina Bojonegoro Pendiri Perlima menegaskan, bahwa Ramu Jamu diharapkan akan menjadi buku yang memberikan kekayaan pemahaman bagi para pembaca tentang khazanah rempah-rempah Nusantara yang terwujud dalam bentuk jamu. 

Buku ini juga menjadi dukungan PERLIMA dan NAD dalam melestarikan jamu yang menjadi warisan budaya leluhur bangsa Indonesia.  “Semoga buku ini memberikan inspirasi pada pembaca,” tegas owner Padmedia Publisher itu.

Buku Ramu Jamu yang dieditori Windy Effendy ini terdiri dari dua tulisan pengantar oleh Kurnia Effendi berjudul “Jamuan Jamu” dan oleh Heti Palestina Yunani berjudul “Menelan Kepahitan Jalan Sembuh”.

Dari tulisan-tulisan itu, Kurnia Effendi yang karib disapa Kef itu menyatakan, bahwa buku Ramu Jamu bisa menjadi salah satu khazanah literasi yang dilengkapi materi yang berasal dari ranah Nusantara. 

“Sebab tulisan akan lebih awet dibanding hanya ingatan berdasarkan kelisanan (lingua franca). Maka, sudah waktunya penulis Indonesia menghargai dokumentasi kepustakaan dengan cara memperkaya koleksinya,” tuturnya. 

Negara-negara maju telah membuktikan dengan peninggalan yang bukan semata prasasti di lokasi tertentu, melainkan juga pencatatan detail mengenai peristiwa berdasarkan linimasa. 

“Kontribusi kecil kita membungkus informasi dan pengetahuan perihal jamu ini, mesti diikuti topik dan tema lain yang juga tidak mkalah berharga,” katanya. 

Sementara itu, Heti menyorot pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh para penulis. Baik itu tulisan fiksi dan nonfiksi, ke-25 penulis seolah mengajak berkaca pada jamu yakni tentang kepahitan hidup yang dapat disiasati.

Setidaknya, sekalipun ada tak enaknya, biar hidup dilalui tanpa membuat meronta-ronta lahir dan batin.  Jamu itu memberikan pelajaran bahwa bila sedikit bersabar akan kepahitannya, semua kitab suci menjanjikan akan datanglah pelipur lara.

Kepahitan itu biasanya digantikan oleh sesuatu yang lebih baik lebih indah. Kepahitan menyudahi dan membereskan kesulitan yang ada sebelumnya. 

Menurut Heti, 

memang tak ada kaidah yang tepat dalam menyikapi kepahitan hidup itu. Tak ada kiat khusus yang benar-benar presisi. Pada jamu, aroma khasnya yang mengesankan rasa pahit jamu justru menjadi daya tarik khusus sebagai bagian dari efek eksotisnya sebagai benda heritage.

"Nah, pembaca bisa memilih ingin berkonsentrasi menghilangkan rasa pahitnya atau fokus pada hasil yang dicapainya sebagai obat,” tandasnya.

Sebelumnya para penulis mengikuti acara luring yang disponsori Jamu Iboe, berjudul Kembara Sastra dalam Dunia Rempah Nusantara.

Dalam acara itu digelar Bincang tentang Rempah Nusantara bersama Jamu Iboe yang menghadirkan dua narasumber yakni Perry Angglishartono selaku Produk Group Manager PT Jamu Iboe Jaya dan jurnalis yang juga pengawas PERLIMA, Heti Palestina Yunani. Dalam acara itu ada Lomba Penyajian Jamu. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Gowa just now

Welcome to TIMES Gowa

TIMES Gowa is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.