TIMES GOWA, PONOROGO – Kabupaten Ponorogo akan menggelar Karnaval Keroncong 24 Jam pertama di dunia sebagai bagian dari rangkaian Grebeg Suro 2025.
Acara yang diinisiasi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Ponorogo ini, akan berlangsung pada 26-27 Juni 2025, dan akan menampilkan musik keroncong tanpa henti.
"Acara ini sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus strategi untuk menarik wisatawan lewat kekuatan seni tradisional," kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi, Selasa (24/6/2025).
Ia pun menjelaskan, ini pesta budaya yang belum pernah ada sebelumnya."Bayangkan, satu hari penuh alunan cak, cuk, dan biola mengisi udara bumi Reog," ulas Judha Slamet Sarwo Edi.
Meskipun keroncong kerap dianggap 'musik orang tua' , ia justru menjadi jembatan lintas generasi dan lintas genre.
"Nanti ada sekitar 20 grup keroncong yang akan tampil," tukas Judha Slamet Sarwo Edi.
Sementara salah satu pelaku seni keroncong, Heru Pentul, kepada TIMES Indonesia mengatakan, "Nanti banyak lagi lawas yang diaransemen dengan gaya keroncong, pastinya akan menciptakan subgenre seperti pop keroncong atau keroncong modern."
Rangkaian Kemeriahan Grebeg Suro 2025
Selain Karnaval Keroncong, Grebeg Suro 2025 juga menampilkan pameran pusaka yang akan berlangsung dari 23-26 Juni 2025 di Pendopo Kabupaten Ponorogo.
Acara ini menjadi salah satu agenda sakral yang menampilkan koleksi pusaka keramat, seperti keris, tombak, dan benda-benda bersejarah lainnya.
Selain menampilkan koleksi pusaka klasik, pengunjung juga bisa menikmati workshop pusaka, dimana para empu dan kolektor menjelaskan filosofi, teknik pembuatan, hingga perawatan pusaka.
Menurut Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, benda-benda pusaka yang dipamerkan memiliki berbagai keunikan secara estetika maupun nilai filosofi.
Selain itu, bupati juga menyoroti tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju dalam pembuatan benda-benda pusaka seperti keris, mothik dan sebagainya.
Bupati juga mengajak generasi muda mempelajari teknologi yang digunakan nenek moyangnya. Menurutnya, benda-benda pusaka jangan tidak hanya dikaitkan dengan hal-hal klenik tapi juga ilmu pengetahuan yang pesat pada zamannya.
Dengan demikian, generasi milenial maupun generasi z bisa mengembangkan teknologi tersebut untuk kesejahteraan masyarakat secara umum. Untuk sampai kepada hal itu, mereka perlu didorong untuk mencintai benda-benda pusaka karya nenek moyangnya di acara kali ini.
Nilai-nilai tersebut membuat keris diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO). (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Yuk ke Ponorogo dan Jadi Saksi Karnaval Keroncong 24 Jam Pertama di Dunia
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Ronny Wicaksono |