https://gowa.times.co.id/
Berita

Manufacturing Hati di Bengkel Ramadan

Sabtu, 01 Maret 2025 - 07:38
Manufacturing Hati di Bengkel Ramadan Foto: Ist

TIMES GOWA, JAKARTA – "Sidang isbat Kemenag besok (Sabtu, 1 Maret 2025 hari ini, Red) sudah puasa lho. Sudah siapkah?" 

Pertanyaan itu datang spontan begitu saja dalam meeting akhir persiapan rakor sebuah konsorsium membantu daerah berkembang di sebuah hotel Malang. Pertanyaan yang menyiratkan sebuah kegalauan yang sering timbul menjelang Ramadan. Yakni kesiapan hati memasukinya. 

Urusan hati memang sakral bagi para santri. Karena hati adalah pabrik yang tak pernah berhenti bekerja. Ia mengolah segala yang masuk-kata-kata, peristiwa, luka, dan bahagia-menjadikannya bahan baku untuk kehidupan. 

Ada yang diproses menjadi kedamaian. Ada yang menjadi bara. Ada pula yang membusuk tanpa pernah sempat dikemas menjadi kebijaksanaan. 

Namun, seperti mesin tua yang terus berputar tanpa perawatan, hati pun bisa berkarat. Maka, Ramadan datang sebagai bengkel suci, waktu yang disediakan langit untuk menyervis setiap sudut yang rapuh. Setiap lukukan dan bagian yang lelah.

Di bulan ini, jiwa diajak pulang ke pusat kendali. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga proses menyaring debu-debu duniawi yang selama ini menyumbat saluran batin. Hawa nafsu yang liar dijinakkan, ego yang membatu dilelehkan, hingga hati bisa kembali bekerja dengan kejernihan. 

Ramadan bukan hanya ibadah, juga proses manufaktur ulang. Perbaikan di mana hati yang aus dipoles kembali agar berkilau.

Dari Rongsokan Menjadi Berlian

Seperti besi tua yang ditempa menjadi pedang, hati pun butuh guncangan agar menemukan bentuk terbaiknya. Lapar dan haus di siang hari adalah api yang membakar kerak duniawi, sementara shalat malam adalah palu yang membentuknya menjadi lebih tajam. 

Di saat manusia lain tertidur, para pencari cahaya bangkit. Membasahi sajadah dengan doa, mengasah ketajaman batin mereka dengan istighfar.

Siapa yang datang ke Ramadan dengan hati yang rongsok, jangan khawatir. Ini adalah bulan di mana segala yang hancur bisa diperbaiki. Kesalahan-kesalahan lama bisa dilebur dalam tungku pengampunan, lalu dibentuk ulang menjadi kebijaksanaan. Maka, siapa yang meninggalkan Ramadan tanpa perubahan, ia telah menyia-nyiakan momentum besar ini.

Menata Ulang Mesin Batin

Lihatlah sebuah pabrik yang sudah bertahun-tahun bekerja tanpa perawatan. Mesin-mesinnya berdebu, rantainya berkarat, rodanya tersendat. Hati kita sering seperti itu—penuh debu kemarahan, berkarat oleh dendam, dan tersendat oleh kesombongan. Lalu datanglah Ramadan sebagai teknisi yang membawa pelumas cinta dan pembersih jiwa.

Puasa bukan hanya latihan fisik, tapi juga proses pembongkaran dan perakitan ulang. Kata-kata yang kasar dilebur, diganti dengan kelembutan. Pikiran yang penuh prasangka dibersihkan, diganti dengan kebijaksanaan. 

Setiap suapan sahur, setiap tegukan air berbuka, bukan sekadar ritual, tapi simbol bahwa kita sedang merakit ulang hati, agar setelah Ramadan usai, ia bisa bekerja lebih baik, lebih halus, lebih tajam dalam menangkap makna kehidupan.

Ramadan, Sekolah Cinta

Di bulan ini, cinta bukan sekadar kata. Cinta hadir dalam bentuk nyata. Bentuknya bisa berupa sepiring makanan yang dibagikan kepada mereka yang tak punya. Atau, dalam doa yang dipanjatkan untuk seseorang yang bahkan tak mengenal kita. Juga, bisa dalam benruk genggaman tangan yang lebih erat kepada mereka yang selama ini terabaikan.

Ramadan mengajarkan bahwa manusia bukan hanya sekadar tubuh yang berjalan, namun jiwa yang harus terus dipelihara. Kita bukan hanya mesin produksi duniawi, tapi juga makhluk yang sedang dipersiapkan untuk kehidupan yang lebih abadi.

Jika dunia mengajarkan kita untuk bersaing dan mengumpulkan, Ramadan mengajarkan kita untuk berbagi dan melepaskan. Karena dalam melepaskan, ada ruang kosong yang bisa diisi dengan cahaya. Dalam berbagi, ada hati yang sebelumnya rusak, kini mulai bekerja kembali dengan penuh cinta.

Lahir Kembali

Setiap Ramadan adalah kesempatan untuk lahir kembali. Hati yang kusam kembali bening, jiwa yang berat kembali ringan. Seperti seorang pekerja yang selesai membersihkan mesin-mesinnya, kita keluar dari bulan ini dengan hati yang lebih siap untuk menghadapi hidup.

Dan ketika gema takbir mulai terdengar, saat fajar Syawal menyingsing, semoga hati kita telah selesai dirakit. Bukan lagi mesin tua yang berkarat, tapi sebuah hati yang manufakturnya sempurna—siap bekerja, siap mencintai, dan siap melangkah dengan kebijaksanaan baru.

Selamat merakit ulang hati. Selamat menjalani Ramadan. (*)

* Penulis adalah Khoirul Anwar, pengurus LTN PBNU, Wakil Ketua PCNU Kota Malang

Pewarta : Khoirul Anwar
Editor : Khoirul Anwar
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Gowa just now

Welcome to TIMES Gowa

TIMES Gowa is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.